Mas Nur Sang Penggagas Wisata Sawah - Info Borobudur dan Wisata Magelang WA 0857 2721 9997, VW Tour, Sepeda, Rafting, Jeep, Andong

Breaking

Post Top Ad

InfoBorobudur

Post Top Ad

Pesona Magelang

Senin

Mas Nur Sang Penggagas Wisata Sawah



SELAMA ini pariwisata di Kabupaten Magelang hanya bertumpu pada Candi Borobudur. Akibatnya, pariwisata tidak berkembang karena dari 3,5 juta pengunjung Borobudur hanya sebagian kecil yang mau berkunjung ke obyekwisata lain.

Kondisi ini membuat seniman Borobudur Nuryanto (42) merasa tergerak untuk memanfaatkan semua potensi yang ada di sekitar Candi Borobudur. Setelah sukses meluncurkan kerajinan berbahan abu vulknik Merapi pada tahun 2011, Nuryantokini menggagas wisata sawah.

Mas Nur, begitu Nuryanto biasa disapa, mendirikan Omah Mbudur untuk mewujudkan gagasan tersebut. Mas Nur memanfaatkan lahan kosong yang tidak terpakai seluas 2,5 hektar untuk membangun Omah Mbudur. Omah Mbudur ini dilengkapi aula, tempat camping, out bond dan aneka kegiatan lainnya.

Adapun untuk homestay atau tempat menginap wisatawan lokal dan asing, Mas Nur menggangeng warga di kampung Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur. Begitu juga untuk konsumsi, semua dikerjasamakan dengan warga. Untuk memudahkan pengelolaan, Mas Nur lalu melembagakan pengelolaanwisatawan ini lewat koperasi Koparda.

"Setiap hari petani bekerja keras menggarap lahan pertanian. Namun mereka hanya mendapatkan hasil sedikit. Kami coba menggandeng petani untuk membuat wisata sawah guna memberikan nilai tambah," kata Mas Nur.

Dijelaskan seorang petani dengan lahan seribu meter persegi biasanya hanya mendapatkan hasil panen sebesar Rp 3 juta selama empat bulan. Jumlah ini masih dipotong biaya pupuk Rp 1 juta dan biaya operasional Rp 750.000 pertanam. Dengan demikian seorang petani hanya bisa menghasilkan Rp 1.250.000 selama empat bulan.

Untuk tahap pertama, Nuryanto mengajak para petani mengembangkan pertanian organik. Baik jagung, padi, ketela dan sayuran semua ditanam secara organik. Produk pertanian organik ini akan dijual lebih mahal kepada wisatawan dengan brand pertanian organik Borobudur.

Konsep ini kemudian ditawarkan kepada para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Mereka diajak untuk membajak sawah, menanam padi, memanen ketela, memanen pepaya dan lainnya. Pendeknya semua aktivitas petani dijadikan atraksi wisata.

"Program wisata sawah ini mendapat sambutan hangat wisatawan. Tidak hanya wisatawan asin, banyak wisatawan lokal yang tertarik menjajal. Kebanyakanwisatawan lokal dari kota seperti Jakarta," kata Nuryanto seusai menerimawisatawan dari Jakarta.

Mas Nur berharap konsep ini bisa diadopsi para petani dan pelaku wisata lain guna memberikan nilai tambah. Disebutkan bahwa lahan persawahan antara Dusun Jowahan dan Dusun Mbarepan memiliki potensi wisata sunset yang luar biasa.

"Hanya di sawah kami, wisatawan bisa melihat matahari tenggelam di sela-sela Candi Borobudur. Ini spot wisata yang sangat indah. Sawah-sawah tersebut harus dipertahankan sebagai destinasiwisata pedesaan," kata pengelolawisata dengan karyawan 50 orang ini.

Mas Nur tidak khawatir berbagai ide dan gagasannya tersebut akan dicuri orang lain. Seniman muda ini justru merasa akan bangga karena bisa memberikan jalan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitarnya. Ia percaya dalam hidup manusia harus selalu berbagi dengan masyarakat dan alam.

Ini sesuai prinsip hidup yang Mas Nur pegang. Yakni sopo gelem mikirke senenge wong liyo niscoyo dia akan mendapat kesenangan lebih dulu. "Saya percaya prinsip ini karena sudah menjalaninya sejak muda."

Menurut Mas Nur seorang manusia harus selalu menjalankan tiga konsep ajaran budaya Jawa. Yakni cipto, roso, karso, kemudian asah, asih, asuh serta gupuh, suguh, lungguh. Ketiga konsep ini saling mengikat, melengkapi dan menyempurnakan.

Dianggap Gila

Meski demikian ternyata tidak semua orang bisa menerima gagasan dan ide-ide kreatif Nuryanto. Ia pernah dianggap sebagai anak muda yang gila saat membeli perahu. Namun setelah mereka tahu perahu tersebut digunakan untuk mengembangkan wisata arung jeram kini mereka pun bisa memakluminya.

"Saya dianggap wong edan, namun kyai saya minta saya bersabar dan berbesar hati. Beliau berpesan bahwa jika saya tidak ingin tertiup angin kencang maka saya cukup berdiam diri saja. Karena saya ingin tumbuh besar seperti pohon tinggi maka semua caci maki dan fitnah saya terima dan saya jawab dengan karya."

Mas Nur lalu mengutip satu ungkapan Jawa sebagai pedoman hidupnya. Yakni sejatining urip iku sing isoh nggawe urup-urup. Ungkapan tersebut memiliki arti bahwa hidup yang sejati itu bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sesuai dengan bidangnya masing-masing. (Kang Habib Shaleh)

Post Top Ad